Forum Silaturrahmi Organization Of Gold

Wednesday, August 18, 2010

Seberang Jembatan Kemerdekaan

Apakah yang dinamakan merdeka? Soekarno dalam sebuah pidato lahirnya pancasila menjelaskan “merdeka”. Merdeka buat saja ialah: “political indepence, politieke onafhankelijkheid”. Apakah yang dinamakan politik onafhankelijkheid?
Dalam sejarah dunia dan perjalananya, banyak sekali negara-negara yang merdeka. Akan tetapi bandingkanlah kemerdekaan negara-negara itu satu sama lain! Samakah isinya samakah derajatnya negara-negara yang merdeka itu?
Jermania merdeka, Saudi Arabia merdeka, Tiongkok merdeka, Jepang merdeka Amerika merdeka, Inggris merdeka, Rusia merdeka Namanya semua merdeka, tetapi bandingkanlah isinya?
Jika kita lihat lebih dari 80% rakyat Saudi Arabia adalah kaum Badui yang sama sekali tidak mengetahui hal ini dan itu, bahkan membaca dan menulis. Amstrong dalam bukunya menceritakan tentang Ibn Saud, “bahwa tatkala Ibn Saud mendirikan pemerintahan Saudi Arabia, rakyat Arabia sebagian besar belum mengetahui bahwa otomobil memerlukan bahan bakar (bensin). Pada suatu hari otomobil Ibn Saud dikasih makan gandum oleh orang-orang Badui di Saudi Arabia”. Meskipun begitu Saudi Arabia adalah negara yang merdeka!
Contoh lain yang lebih hebat adalah Soviet Rusia, pada masa Lenin mendirikan negara Soviet apakah pada waktu rakyat Rusia sudah cerdas? Mayoritas rakyat Soviet adalah musyrik yang lebih dari 80% tidak dapat membaca dan menulis.
Dalam satu Risalah Soekarno yang bernama “Mencapai Indonesia Merdeka” tahun ’33. Dikatakan bahwa, “kemerdekaan adalah politieke onafhankelijkheid, political independence. Tak lain dan tak bukan ialah satu jembatan emas”. Bahwa diseberang jembatan itulah baru kita sempurnakan kita punya masyarakat.
Amstrong dalam bukunya menceritakan. Ibn Saud mengadakan satu negara di dalam satu malam – in one night only! Ibn Saud mendirikan negara Saudi Arabia di satu malam sesudha ia masuk kota Riadl. Dengan enam orang. Sesudah “Jembatan itu diletakkan oleh Ibn Saud, maka diseberang jembatan. Artinya kemudian dari pa-da itu, barulah Ibn Saud memperbaiki masyarakat Saudi Arabia. Orang yang tidak dapat membaca dan menulis diwajibkan belajar membaca dan menulis, orang yang nomaden yaitu orang Badui di beri tempat dan diajari untuk bercocok tanam. Proses pembelajaran itu semuanya setelah berada di seberang jembatan.
Begitu pula ketika Lenin mendirikan Soviet Rusia Merdeka, tidak semua rakyat Rusia bisa membaca dan menulis dan Rusia belum mempunyahi Station-Radio yang menyundul langit. Baru di seberang jembatan emas yang diadakan oleh Lenin itulah, Rusia baru membuat Station-Radio dan mendirikan sekolahan.
Oleh karena itu janganlah kamu gentar di dalam hati, janganlah mengingat ini dan itu harus selesai lebih dulu dengan njelimet, dan kalau sudah selesai baru kita merdeka.
Meskipun perbedaan antara Negara-negara yang merdeka didalam isinya, akan tetapi ada satu yang sama, yaitu; rakyat Saudi Arabia sanggup memperthankan negaranya, rakyat Rusia pun sanggup mempertahankan negaranya, begitu juga Negara-negara lain yang merdeka. Inilah yang menjadi minimum-eis. Artinya kalau ada kecakapan yang lain tentu lebih baik tetapi manakala sesuatu bangsa telah sanggup mempertahankan negerinya dengan darahnya sendiri, dengan dagingnya sendiri, pada saat itu bangsa itu telah siap untuk kemerdekaan. Kalau bangsa kita, Indonesia, walaupun dengan bambu runcing, semua siap-sedia mati, mempertahankan tanah air kita Indonesia, pada saat itu bangsa Indonesia adalah siap-sedia, siap untuk merdeka.
P.T. Soetardjo menguraikan, tatkala menjawab apakah jang dinamakan merdeka, beliau mengatakan: “kalau tiap-tiap orang di dalam hatinya telah merdeka, itulah kemerdekaan”. Berlainan dengan pendapat Soekarno, “jika tiap-tiap orang Indonesia yang 70 juta ini lebih dulu harus merdeka di dalam hatinya, sebelum kita dapat mencapai political independence, beliau mengatakan, sampai lebur kiamat kita belum dapat merasakan Indonesia merdeka!”
Seperti halnya Saudi Arabia yang Merdeka, Ibn Saud me-merdekakan rakyat Arabia satu persatu. Dan di dalam Soviet-Rusia yang Merdeka Stalin memerdekakan hati bangsa Soviet-Rusia satu persatu. Maka di dalam Indonesia yang Merdeka itulah kita me-merdekakan rakyat kita!! Di dalam Indonesia Merdeka itulah kita memerdekakan hati bangsa kita! Dan di dalam Indonesia Merdeka kita melatih pemuda kita agar supaya menjadi kuat, di dalam Indonesia Merdeka kita menyehatkan rakyat sebaik-baik-nya. Inilah yang disebut dengan “Jembatan Emas”. Di seberang jembatan, jembatan emas, inilah, baru kita leluasa menyusun masyarakat Indonesia merdeka yang gagah, kuat, sehat, kekal dan abadi.
Dalam hukum internasional, Untuk menyusun, mengadakan, mengakui satu negara yang merdeka, tidak diadakan syarat yang neko-neko, yang njelimet. Syaratnya sekedar bumi, rakyat, pemerintah yang teguh! Ini sudah cukup untuk international recht. Cukup, asal ada buminya, ada rakyatnya, ada pemerintahanya, kemudian diakui oleh salah satu negara yang lain, jang merdeka, inilah yang sudah bernama: Merdeka. Tidak peduli rakyat dapat baca atau tidak, tidak peduli rakyat hebat ekonominya atau tidak, tidak peduli rakyat bodoh atau pintar, asal menurut hukum internasional mempunyai syarat-syarat suatu negara merdeka, yaitu ada rakyatnya, ada buminya dan ada pemerintahnya, - su-dahlah ia merdeka.
Janganlah kita gentar, zwaarwichtig, lantas mau menyelesaikan lebih dulu 1001 soal yang bukan-bukan!
Sekali lagi saya bertanya: Mau merdeka apa tidak?

Tuesday, August 10, 2010

Marhaban Yaa Ramadhan (Menanti Malam Seribu Bulan)

setahun sudah, tanpa terasa kita lewati.
kini kita di pertemukan lagi dalam indahnya nuansa ramadhan. dimana dalam malam-malam bulan ini terdapat malam yang utama, malam seribu bulan "Lailatul Qadr".

malam yang di tunggu dan diharap-harapkan kedatanganya, dimana semua do'a akan diterim, dimana para malaykat diturunkan ke bumi, dimana pintu rahmat dibukakan bagi mereka yang beriman dan beramal shaleh. maka berbahagialah orang-orang yang dapat mensucikan dirinya dari segala perbuatan yang tercela dan menenggelamkan diri dalam shalat, shalawat, do'a dan dzikir, memperbanyak membaca Al-Qur'an dan memohon ampunan kepada yang Maha Penganpun.

WAKTU DAN TANDA-TANDA KEDATANGAN MALAM LAILATUL QADAR

Dari Ibnu Umar ra, ada beberapa orang sahabat Nabi Saw yang bermimpi bahwa Lailaitul Qadar akan datang pada pada tujuh malam terakhir bulan Ramadhan, Rasulullah SAW bersabda: "Aku juga melihat ru'yah kalian pada tujuh malam terakhir bulan tersebut. Maka barang siapa yang menginginkannya, dapatkanlah malam tersebut pada tujuh malam terakhir"

Seperti halnya kematian, malam Lailatul Qadar juga dirahasikan keberadaannya oleh Allah supaya manusia mempergunakan seluruh waktunya untuk beribadah dan mengingatnya dengan tetap mawas diri setiap saat, selalu berbuat kebaikan dan taat kepada Tuhannya.

"Aku juga melihat Lailatul Qadar dalam mimpi seperti kalian yaitu pada tujuh malam terakhir" (dengan mempergunakan kalimat Tawaata'a). Hadis ini bersinggungan dengan sebuah hadis yang berbunyi: "Seseorang telah melihat malam Lailatul Qadar pada tujuh malam terakhir bulan Ramadhan, maka Nabi bersabda: "Dapatkanlah malam mulia itu, pada tujuh malam terakhir" (Dengan mempergunakan kata Ra'a). Riwayat Muslim menyatakan bahwa Lailatul Qadar jatuh pada tujuh malam terakhir sedang riwayat Bukhari ada yang melihat jatuh pada malam ketujuh dan ada yang melihat sepuluh terakhir.

Karena perbedaan kalimat pada kedua hadis tersebut (dalam riwayat Muslim mempergunakan kalimat Tawata'a sedangkan riwayat Bukhori tidak mempergunakan kalimat tersebut), timbullah perbedaan pendapat di antara para ulama dalam menentukan datangnya malam Lailatul Qadar, ada yang mengatakan pada tujuh malam terakhir dan ada juga yang mengatakan sepuluh malam terakhir. Padahal secara tidak langsung bilangan tujuh masuk ke dalam sepuluh, maka Rasulullah pun menentukan bahwa malam Lailatul Qadar jatuh pada tujuh malam terakhir, karena makna Tawaata'a pada hadis yang diriwayatkan Muslim berarti Tawaafuq (sesuai atau sama.

Sebagian ulama berpendapat bahwa Lailatul Qadar jatuh pada malam dua puluh dua dan paling akhir jatuh pada malam dua puluh delapan, berdasarkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhori dari Ibnu Abbas bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: "Dapatkanlah Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Akan tetapi malam Lailatul Qadar sendiri jatuh pada malam ke sembilan, tujuh dan lima Ramadhan (bilangan ganjil).

Dari riwayat hadis yang berbeda lahirlah pendapat para ulama yang beragam (tidak kurang dari empat puluh pendapat). Malam Lailatul Qadar mempunyai ciri dan keistimewaan tersendiri yang tidak dapat kita kenali kecuali setelah berlalunya malam tersebut. Salah satu ciri atau keistimewaan tersebut adalah; terbitnya matahari seperti biasa akan tetapi memancarkan cahaya redup (tidak bersinar terang seperti biasa), berdasarkan sebuah hadis: dari Zur Bin Hubaisy, ia berkata: "Aku mendengar Ubay Bin Ka'ab berkata: "Barang siapa yang bangun di tengah malam selama satu tahun ia akan mendapatkan Lailatul Qadar" Ayahku berkata: "Demi Allah tidak ada Tuhan selain dia, malam itu terdapat di bulan Ramadhan, demi Tuhan aku mengetahuinya, tapi malam manakah itu? Malam dimana Rasulullah memerintahkan kita untuk bangun untuk beribadah. Malam tersebut adalah malam ke dua puluh tujuh, yang ditandai dengan terbitnya matahari berwarna putih bersih tidak bercahaya seperti biasanya".

Diriwayatkan dari Ibnu Khuzaimah dari hadis Ibnu Abbas: "Ketika Lailatul Qadar pergi meninggalkan, bumi tidak terasa dingin, tidak juga panas, dan matahari terlihat berwarna merah pudar" dan dari Hadits Ahmad: "Pada hari itu tidak terasa panas ataupun dingin, dunia sunyi, dan rembulan bersinar" Dari hadis kedua kita dapat menyimpulkan bahwa ciri-ciri tersebut hanya ada pada waktu malam hari.

Malam Lailatul Qadar bukanlah malam yang penuh dengan bintang yang bersinar (sebagaimana diperkirakan orang) akan tetapi Lailatul Qadar adalah malam yang mempunyai tempat khusus di sisi Allah. Dimana setiap Muslim dianjurkan untuk mengisi malam tersebut dengan ibadah dan mendekatkan diri padanya.

Imam Thabari mengatakan: "Tersembunyinya malam Lailatul Qadar sebagai bukti kebohongan orang yang mengatakan bahwa pada malam itu akan datang ke dalam penglihatan kita sesuatu yang tidak akan pernah kita lihat pada malam-malam yang lain sepanjang Tahun, sehingga tidak semua orang yang beribadah sepanjang tahunnya mendapat Lailatul Qadar" Sedangkan Ibnu Munir mengatakan bahwa tidak sepantasnya kita menghukumi setiap orang dengan bohong, karena semua ciri-ciri tersebut bisa dialami oleh sebagian golongan umat, selayaknya karamah yang Allah berikan untuk sebagian hambanya, karena Nabi sendiri tidak pernah membatasi ciri-ciri yang ada, juga tidak pernah menafikan adanya karamah.

Ia meneruskan: Lailatul Qadar tidak selamanya harus diiringi keajaiban atau kejadian-kejadian aneh, karena Allah lebih mulia kedudukannya untuk membuktikan dan memberikan segala sesuatu sesuai dengan kehendaknya. Sehingga ada yang mendapatkan malam Lailatul Qadar hanya dengan beribadah tanpa melihat adanya keanehan, dan ada sebagian lain yang melihat keanehan tanpa di sertai ibadah, maka penyertaan ibadah tanpa disertai keanehan kedudukannya akan lebih utama di sisi Tuhan.

Ada sebagian pendapat yang mengatakan bahwa salah satu ciri datangnya malam Lailatul Qadar adalah melihat segala sesuatu yang ada di bumi ini tertunduk dan sujud ke hadirat-Nya. Sebagian lain mengatakan pada malam itu dunia terang benderang, dimana kita dapat melihat cahaya dimana-mana sampai ke tempat-tempat yang biasanya gelap. Ada juga yang mengatakan orang yang mendapatkan malam Lailatul Qadar dapat mendengar salam dan khutbahnya malaikat, bahkan ada yang mengatakan bahwa salah satu ciri tersebut adalah dikabulkannya do'a orang yang telah diberikannya taufik.

Lailatul Qadar adalah hadiah yang Tuhan berikan untuk hambanya yang Mukmin, dan hanya orang memperbanyak taubat, dzikir dan do'a lah yang akan mendapatkannya.

Semoga kita termasuk diantara orang mukmin yang berbahagia tersebut. Amiiin....

Tuesday, June 22, 2010

SEJARAH SINGKAT

Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Asal mula ayam unggas adalah berasal dari ayam hutan dan itik liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak. Tahun demi tahun ayam hutan dari wilayah dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar. Arah seleksi ditujukan pada produksi yang banyak, karena ayam hutan tadi dapat diambil telur dan dagingnya maka arah dari produksi yang banyak dalam seleksi tadi mulai spesifik. Ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi daging dikenal dengan ayam broiler, sedangkan untuk produksi telur dikenal dengan ayam petelur. Selain itu, seleksi juga diarahkan pada warna kulit telur hingga kemudian dikenal ayam petelur putih dan ayam petelur cokelat. Persilangan dan seleksi itu dilakukan cukup lama hingga menghasilkan ayam petelur seperti yang ada sekarang ini. Dalam setiap kali persilangan, sifat jelek dibuang dan sifat baik dipertahankan (“terus dimurnikan”). Inilah yang kemudian dikenal dengan ayam petelur unggul.

Menginjak awal tahun 1900-an, ayam liar itu tetap pada tempatnya akrab dengan pola kehidupan masyarakat dipedesaan. Memasuki periode 1940-an, orang mulai mengenal ayam lain selain ayam liar itu. Dari sini, orang mulai membedakan antara ayam orang Belanda (Bangsa Belanda saat itu menjajah Indonesia) dengan ayam liar di Indonesia. Ayam liar ini kemudian dinamakan ayam lokal yang kemudian disebut ayam kampung karena keberadaan ayam itu memang di pedesaan. Sementara ayam orang Belanda disebut dengan ayam luar negeri yang kemudian lebih akrab dengan sebutan ayam negeri (kala itu masih merupakan ayam negeri galur murni). Ayam semacam ini masih bisa dijumpai di tahun 1950-an yang dipelihara oleh beberapa orang penggemar ayam. Hingga akhir periode 1980-an, orang Indonesia tidak banyak mengenal klasifikasi ayam. Ketika itu, sifat ayam dianggap seperti ayam kampung saja, bila telurnya enak dimakan maka dagingnya juga enak dimakan. Namun, pendapat itu ternyata tidak benar, ayam negeri/ayam ras ini ternyata bertelur banyak tetapi tidak enak dagingnya.

Ayam yang pertama masuk dan mulai diternakkan pada periode ini adalah ayam ras petelur white leghorn yang kurus dan umumnya setelah habis masa produktifnya. Antipati orang terhadap daging ayam ras cukup lama hingga
menjelang akhir periode 1990-an. Ketika itu mulai merebak peternakan ayam broiler yang memang khusus untuk daging, sementara ayam petelur dwiguna/ayam petelur cokelat mulai menjamur pula. Disinilah masyarakat mulai sadar bahwa ayam ras mempunyai klasifikasi sebagai petelur handal dan pedaging yang enak. Mulai terjadi pula persaingan tajam antara telur dan daging ayam ras dengan telur dan daging ayam kampung. Sementara itu telur ayam ras cokelat mulai diatas angin, sedangkan telur ayam kampung mulai terpuruk pada penggunaan resep makanan tradisional saja. Persaingan inilah menandakan maraknya peternakan ayam petelur.

Ayam kampung memang bertelur dan dagingnya memang bertelur dan dagingnya dapat dimakan, tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai ayam dwiguna secara komersial-unggul. Penyebabnya, dasar genetis antara ayam kampung dan ayam ras petelur dwiguna ini memang berbeda jauh. Ayam kampung dengan kemampuan adaptasi yang luar biasa baiknya. Sehingga ayam kampung dapat mengantisipasi perubahan iklim dengan baik dibandingkan ayam ras. Hanya kemampuan genetisnya yang membedakan produksi kedua ayam ini. Walaupun ayam ras itu juga berasal dari ayam liar di Asia dan Afrika.

Saturday, June 12, 2010

Keterkaitan Nasionalis dan Islam Indonesia

Oleh: KH. Abdurrahman Wahid

ADA orang mengatakan bahwa Islam menolak nasionalisme.Dasarnya,Islam adalah
agama universal. Karena itu, ia menganggap nasionalisme sebagai paham yang
berlawanan dengan Islam.

Pernyataan di atas menjadi relevan jika dilihat asumsinya. Namun, Rasulullah
SAW pernah bersabda: "Wahai Tuhan, ampunilah kaumku karena mereka tidak
mengerti duduk persoalan segala sesuatu." Juga ada ayat-ayat Alquran yang
menunjuk perlunya kita memahami caracara sebuah kaum karena asal-usul mereka
yang berbeda. "Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku supaya
kamu saling mengenal. (Inna khalaqnakum min dzakarin wa untsa wa ja'alnakum
syu'uban wa qabaila li ta'arafu)"(QS Al- Hujurat: 49).

Karena itu, kita tidak boleh sembarangan saja mengambil kesimpulan, karena
antara sesuatu yang universal dan yang nasionalistis belum tentu berlawanan.
Mungkin keduanya saling berbeda, tapi masingmasing dapat digunakan pada
waktu yang berlainan. HOS Tjokroaminoto dan KH M Hasjim As'yari adalah dua
tokoh organisasi Islam dari masa lampau. Namun, mereka mempunyai asal-usul
yang juga sama. Sama-sama keturunan Ki Kasan Besari (ini penjawaan dari nama
Hasan Basri),kerabat Raden Mas (RM) Said, belakang hari dinamai Mangkunegara
I, yang memerintah Surakarta. Yang jelas, RM Said kemudian menggunakan gelar
milik Kasan Besari yaitu Pangeran Sambernyawa.

Mereka berdua berjuang bersama, dan samasama menang dalam pertarungan
melawan pihak Belanda, yang dibubuhkan dalam Perjanjian Gianti yang kemudian
melahirkan Kerajaan Mataram di Yogyakarta. Disusul seabad kemudian oleh
berdirinya Kraton Pakualam. Pada mulanya,baik Ki Kasan Besari maupun RM Said
sudah sepakat menetapkan Ki Kasan Besari menjadi Mangkunegara II. Namun, Ki
Kasan Besari ternyata lumpuh, dan anak Mangkunegara I akhirnya menjadi
Mangkunegara II. Sebagai ganti,Ki Kasan Besari diberi tanah bebas pajak di
Tegalsari,Ponorogo.

Keturunannya di Solo belakangan adalah tokoh PNI, Isnaeni, dan mantan Ketua
Iluni dr Haryadi Darmawan. Di Ponorogo, Ki Kasan Besari mempunyai lima orang
anak.Anak pertama meninggal di Pacitan. Dari anak inilah,kemudian lahir
keturunan kesembilan, bernama Susilo Bambang Yudhoyono. Anak kedua Kasan
Besari adalah perempuan yang kawin dengan Ki Ageng Basyariah di
Sewulan,kurang lebih 10 km arah selatan Madiun. Kakek penulis lahir dari
keluarga ini. Anak ketiga Kasan Besari melahirkan pendiri Pondok Modern
Gontor.

Yang keempat juga seorang perempuan,yang keturunannya kawin dengan Sudiro,
mantan Wali Kota Jakarta, yang kemudian hari berubah menjadi Gubernur DKI
Jakarta Raya. Dari keluarga itu, lahirlah istri Letjen Susilo Sudarman dan
tokoh lain Letjen TNI (alm) Himawan Sutanto. Penulis tidak tahu
kebenarannya, tapi ada yang bercerita bahwa Prof Dr Umar Kayam termasuk dari
cabang warga ini. Yang kelima, mempunyai keturunan yang saat ini menjadi
tokoh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Lampung.

Cabang keluarga dari Sewulan itu sekarang sudah menjadi ribuan orang, yang
terpencar di provinsi-provinsi Indonesia. Termasuk di dalamnya tokoh
Muhammadiyah A Munir Mulkhan dan almarhum KH A Kahar Muzakir,salah seorang
pendiri UII (Universitas Islam Indonesia) di Yogyakarta. Dari uraian ini
menjadi jelas, bahwa hubungan genealogis dan historis memegang peranan
penting dalam menciptakan keterkaitan antara kaum Islam dan kaum
nasionalisme, setidak-tidaknya ini berlaku untuk negeri kita Indonesia.

Namun, sekarang ini diperlukan perluasan, sehingga meliputi seluruh kawasan
Nusantara (dalam bahasa Jawa Nusantara berarti kepulauan antara Benua Asia
dan Australia). Dalam Muktamar NU di Banjarmasin, kawasan Nusantara secara
resmi masuk pertimbangan. Putusan Muktamar menyatakan tidak wajib adanya
negara Islam untuk kawasan Hindia Belanda. Pelaksanaan/ implementasi syariah
cukup oleh masyarakat, dengan negara tidak perlu campur tangan. Hal ini
merupakan landasan teoretis bagi terbentuknya negara yang di belakang hari
dinamai Negara Pancasila.

Di sini kembali terletak kaitan antara Islam dan nasionalisme di Indonesia.
Jadi, antara keduanya terdapat hubungan genealogis, historis, teoretis,
maupun praktis. Penulis artikel ini yakin bahwa Tuhan telah mengatur hal ini
jauhjauh hari, sehingga saat ini hal itu seolah-olah menjadi monopoli negeri
kita. Kaitan seperti itu adalah dasar dari apa yang saat ini dinamai "Islam
moderat". Ternyata, Islam tidak harus selamanya ditafsirkan sebagai agamanya
para muslim fundamentalis atau radikal. Inilah kekhususan Islam Indonesia.
Jelas dari uraian di atas, antara Islam dan nasionalisme terdapat banyak
keterkaitan yang tidak dapat diabaikan sama sekali.

Karena itulah, para warga gerakan Islam dan nasionalis di Indonesia memikul
tugas yang sangat berat, yaitu memelihara pandangan yang menyatakan bahwa
antara keduanya tidak ada pertentangan. Bukankah ini pertanda, bahwa
kepemimpinan baru dunia Islam akan dipegang kaum Islam moderat, yang
dilahirkan dari kalangan kaum muslim terbesar jumlahnya di seluruh dunia,
yaitu Indonesia. Kaum Islam inilah yang menghargai perbedaan budaya/kultural
dalam segenap aspeknya.

Keterkaitan Nasionalis dan Islam Indonesia

Oleh: KH. Abdurrahman Wahid

ADA orang mengatakan bahwa Islam menolak nasionalisme.Dasarnya,Islam adalah
agama universal. Karena itu, ia menganggap nasionalisme sebagai paham yang
berlawanan dengan Islam.

Pernyataan di atas menjadi relevan jika dilihat asumsinya. Namun, Rasulullah
SAW pernah bersabda: "Wahai Tuhan, ampunilah kaumku karena mereka tidak
mengerti duduk persoalan segala sesuatu." Juga ada ayat-ayat Alquran yang
menunjuk perlunya kita memahami caracara sebuah kaum karena asal-usul mereka
yang berbeda. "Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku supaya
kamu saling mengenal. (Inna khalaqnakum min dzakarin wa untsa wa ja'alnakum
syu'uban wa qabaila li ta'arafu)"(QS Al- Hujurat: 49).

Karena itu, kita tidak boleh sembarangan saja mengambil kesimpulan, karena
antara sesuatu yang universal dan yang nasionalistis belum tentu berlawanan.
Mungkin keduanya saling berbeda, tapi masingmasing dapat digunakan pada
waktu yang berlainan. HOS Tjokroaminoto dan KH M Hasjim As'yari adalah dua
tokoh organisasi Islam dari masa lampau. Namun, mereka mempunyai asal-usul
yang juga sama. Sama-sama keturunan Ki Kasan Besari (ini penjawaan dari nama
Hasan Basri),kerabat Raden Mas (RM) Said, belakang hari dinamai Mangkunegara
I, yang memerintah Surakarta. Yang jelas, RM Said kemudian menggunakan gelar
milik Kasan Besari yaitu Pangeran Sambernyawa.

Mereka berdua berjuang bersama, dan samasama menang dalam pertarungan
melawan pihak Belanda, yang dibubuhkan dalam Perjanjian Gianti yang kemudian
melahirkan Kerajaan Mataram di Yogyakarta. Disusul seabad kemudian oleh
berdirinya Kraton Pakualam. Pada mulanya,baik Ki Kasan Besari maupun RM Said
sudah sepakat menetapkan Ki Kasan Besari menjadi Mangkunegara II. Namun, Ki
Kasan Besari ternyata lumpuh, dan anak Mangkunegara I akhirnya menjadi
Mangkunegara II. Sebagai ganti,Ki Kasan Besari diberi tanah bebas pajak di
Tegalsari,Ponorogo.

Keturunannya di Solo belakangan adalah tokoh PNI, Isnaeni, dan mantan Ketua
Iluni dr Haryadi Darmawan. Di Ponorogo, Ki Kasan Besari mempunyai lima orang
anak.Anak pertama meninggal di Pacitan. Dari anak inilah,kemudian lahir
keturunan kesembilan, bernama Susilo Bambang Yudhoyono. Anak kedua Kasan
Besari adalah perempuan yang kawin dengan Ki Ageng Basyariah di
Sewulan,kurang lebih 10 km arah selatan Madiun. Kakek penulis lahir dari
keluarga ini. Anak ketiga Kasan Besari melahirkan pendiri Pondok Modern
Gontor.

Yang keempat juga seorang perempuan,yang keturunannya kawin dengan Sudiro,
mantan Wali Kota Jakarta, yang kemudian hari berubah menjadi Gubernur DKI
Jakarta Raya. Dari keluarga itu, lahirlah istri Letjen Susilo Sudarman dan
tokoh lain Letjen TNI (alm) Himawan Sutanto. Penulis tidak tahu
kebenarannya, tapi ada yang bercerita bahwa Prof Dr Umar Kayam termasuk dari
cabang warga ini. Yang kelima, mempunyai keturunan yang saat ini menjadi
tokoh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Lampung.

Cabang keluarga dari Sewulan itu sekarang sudah menjadi ribuan orang, yang
terpencar di provinsi-provinsi Indonesia. Termasuk di dalamnya tokoh
Muhammadiyah A Munir Mulkhan dan almarhum KH A Kahar Muzakir,salah seorang
pendiri UII (Universitas Islam Indonesia) di Yogyakarta. Dari uraian ini
menjadi jelas, bahwa hubungan genealogis dan historis memegang peranan
penting dalam menciptakan keterkaitan antara kaum Islam dan kaum
nasionalisme, setidak-tidaknya ini berlaku untuk negeri kita Indonesia.

Namun, sekarang ini diperlukan perluasan, sehingga meliputi seluruh kawasan
Nusantara (dalam bahasa Jawa Nusantara berarti kepulauan antara Benua Asia
dan Australia). Dalam Muktamar NU di Banjarmasin, kawasan Nusantara secara
resmi masuk pertimbangan. Putusan Muktamar menyatakan tidak wajib adanya
negara Islam untuk kawasan Hindia Belanda. Pelaksanaan/ implementasi syariah
cukup oleh masyarakat, dengan negara tidak perlu campur tangan. Hal ini
merupakan landasan teoretis bagi terbentuknya negara yang di belakang hari
dinamai Negara Pancasila.

Di sini kembali terletak kaitan antara Islam dan nasionalisme di Indonesia.
Jadi, antara keduanya terdapat hubungan genealogis, historis, teoretis,
maupun praktis. Penulis artikel ini yakin bahwa Tuhan telah mengatur hal ini
jauhjauh hari, sehingga saat ini hal itu seolah-olah menjadi monopoli negeri
kita. Kaitan seperti itu adalah dasar dari apa yang saat ini dinamai "Islam
moderat". Ternyata, Islam tidak harus selamanya ditafsirkan sebagai agamanya
para muslim fundamentalis atau radikal. Inilah kekhususan Islam Indonesia.
Jelas dari uraian di atas, antara Islam dan nasionalisme terdapat banyak
keterkaitan yang tidak dapat diabaikan sama sekali.

Karena itulah, para warga gerakan Islam dan nasionalis di Indonesia memikul
tugas yang sangat berat, yaitu memelihara pandangan yang menyatakan bahwa
antara keduanya tidak ada pertentangan. Bukankah ini pertanda, bahwa
kepemimpinan baru dunia Islam akan dipegang kaum Islam moderat, yang
dilahirkan dari kalangan kaum muslim terbesar jumlahnya di seluruh dunia,
yaitu Indonesia. Kaum Islam inilah yang menghargai perbedaan budaya/kultural
dalam segenap aspeknya.

Saturday, June 5, 2010

KITA INI PENGIKUT SIAPA

Para salaf kita sangat tekun mengamalkan sunah dan salat malam. Habib Segaf bin Muhammad Assegaf berkata, "Aku tidak pernah meninggalkan qiyamullail sejak usia 7 tahun." Dalam Risalatul Qusyairiyah seorang saleh berkata, "Sejak usia 3 tahun, aku tidak pernah meninggalkan qiyamullail."

Di masa kanak-kanaknya, Abu Yazid Al-Busthami belajar mengaji Quran pada seorang guru. Suatu saat ia sampai pada firman Allah: "Hai orang yang berselimut, bangunlah (untuk salat) di malam hari, kecuali sedikit (dari padanya), yaitu seperduanya atau kurangi sedikit dari seperdua itu." (QS Al-Muzzammil, 73:1-3)

Sepulangnya dari belajar, ia bertanya kepada ayahnya, "Ayah, siapakah orang yang diperintahkan oleh Allah untuk bangun malam?" "Anakku, beliau adalah Nabi Muhammad SAW. Aku dan kamu tidak mampu meneladani perbuatan beliau," jawab ayahnya. Abu Yazid terdiam.

Pada pelajaran berikutnya, ia membaca ayat: Dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersamamu. (QS Al-Muzzammil, 73:20)
Sepulangnya dari belajar, ia bertanya lagi kepada ayahnya.
"Siapakah yang bangun malam bersama Nabi SAW?"

"Anakku, mereka adalah sahabat-sahabat beliau."
"Ayah, jika kita tidak seperti nabi dan tidak pula seperti sahabat-sahabat beliau, lalu kita ini seperti siapa?"

Mendengar ucapan ini, tergeraklah hati sang ayah untuk bangun malam. Hari itu juga, ia mulai salat malam. Si kecil Abu Yazid ikut bangun.
"Tidurlah anakku, engkau kan masih kecil," bujuk ayahnya.
"Ayah, ijinkanlah aku salat bersama ayah, kalau tidak, aku akan mengadukan ayah kepada Tuhanku," jawabnya.
"Tidak demi Allah, aku tidak ingin kamu mengadukan aku kepada Tuhanmu. Mulai malam ini salatlah bersamaku."

Abu Yazid selalu bermujahadah hingga ia mencapai kedudukan yang tinggi di sisi Allah. Pernah diriwayatkan bahwa suatu hari ia berkata, "Barangsiapa mengetahui namaku dan nama ayahku akan masuk surga." Nama Abu Yazid dan ayahnya adalah Thoifur bin Isa.

Tingkat ketekunan
menentukan derajat ketinggian.
Siapa ingin kemuliaan
janganlah tidur malam.

Barang siapa bersungguh-sungguh, ia akan memperoleh yang diinginkan. Barangsiapa mengetuk pintu, ia akan masuk. Barang siapa menempuh perjalanan, ia akan sampai dan akan menganggap kecil apa yang telah dikorbankan.

Penuntut ilmu hendaknya bangun sebelum fajar, walaupun hanya setengah jam sebelumnya. Jika ia bangun setelah fajar, maka setan telah kencing di telinganya. Dan barang siapa telinganya dikencingi setan, ia akan memulai harinya dengan perasaan malas. Syeikh Ahmad bin Hajar berkata bahwa setan benar-benar telah mengencingi telinga orang itu, namun ia tidak wajib menyucikannya karena kejadian itu bersifat batiniah.

--------------------

Tuhfatul Asyraf, Kisah dan Hikmah

daftar isi