Forum Silaturrahmi Organization Of Gold

Saturday, June 12, 2010

Keterkaitan Nasionalis dan Islam Indonesia

Oleh: KH. Abdurrahman Wahid

ADA orang mengatakan bahwa Islam menolak nasionalisme.Dasarnya,Islam adalah
agama universal. Karena itu, ia menganggap nasionalisme sebagai paham yang
berlawanan dengan Islam.

Pernyataan di atas menjadi relevan jika dilihat asumsinya. Namun, Rasulullah
SAW pernah bersabda: "Wahai Tuhan, ampunilah kaumku karena mereka tidak
mengerti duduk persoalan segala sesuatu." Juga ada ayat-ayat Alquran yang
menunjuk perlunya kita memahami caracara sebuah kaum karena asal-usul mereka
yang berbeda. "Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku supaya
kamu saling mengenal. (Inna khalaqnakum min dzakarin wa untsa wa ja'alnakum
syu'uban wa qabaila li ta'arafu)"(QS Al- Hujurat: 49).

Karena itu, kita tidak boleh sembarangan saja mengambil kesimpulan, karena
antara sesuatu yang universal dan yang nasionalistis belum tentu berlawanan.
Mungkin keduanya saling berbeda, tapi masingmasing dapat digunakan pada
waktu yang berlainan. HOS Tjokroaminoto dan KH M Hasjim As'yari adalah dua
tokoh organisasi Islam dari masa lampau. Namun, mereka mempunyai asal-usul
yang juga sama. Sama-sama keturunan Ki Kasan Besari (ini penjawaan dari nama
Hasan Basri),kerabat Raden Mas (RM) Said, belakang hari dinamai Mangkunegara
I, yang memerintah Surakarta. Yang jelas, RM Said kemudian menggunakan gelar
milik Kasan Besari yaitu Pangeran Sambernyawa.

Mereka berdua berjuang bersama, dan samasama menang dalam pertarungan
melawan pihak Belanda, yang dibubuhkan dalam Perjanjian Gianti yang kemudian
melahirkan Kerajaan Mataram di Yogyakarta. Disusul seabad kemudian oleh
berdirinya Kraton Pakualam. Pada mulanya,baik Ki Kasan Besari maupun RM Said
sudah sepakat menetapkan Ki Kasan Besari menjadi Mangkunegara II. Namun, Ki
Kasan Besari ternyata lumpuh, dan anak Mangkunegara I akhirnya menjadi
Mangkunegara II. Sebagai ganti,Ki Kasan Besari diberi tanah bebas pajak di
Tegalsari,Ponorogo.

Keturunannya di Solo belakangan adalah tokoh PNI, Isnaeni, dan mantan Ketua
Iluni dr Haryadi Darmawan. Di Ponorogo, Ki Kasan Besari mempunyai lima orang
anak.Anak pertama meninggal di Pacitan. Dari anak inilah,kemudian lahir
keturunan kesembilan, bernama Susilo Bambang Yudhoyono. Anak kedua Kasan
Besari adalah perempuan yang kawin dengan Ki Ageng Basyariah di
Sewulan,kurang lebih 10 km arah selatan Madiun. Kakek penulis lahir dari
keluarga ini. Anak ketiga Kasan Besari melahirkan pendiri Pondok Modern
Gontor.

Yang keempat juga seorang perempuan,yang keturunannya kawin dengan Sudiro,
mantan Wali Kota Jakarta, yang kemudian hari berubah menjadi Gubernur DKI
Jakarta Raya. Dari keluarga itu, lahirlah istri Letjen Susilo Sudarman dan
tokoh lain Letjen TNI (alm) Himawan Sutanto. Penulis tidak tahu
kebenarannya, tapi ada yang bercerita bahwa Prof Dr Umar Kayam termasuk dari
cabang warga ini. Yang kelima, mempunyai keturunan yang saat ini menjadi
tokoh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Lampung.

Cabang keluarga dari Sewulan itu sekarang sudah menjadi ribuan orang, yang
terpencar di provinsi-provinsi Indonesia. Termasuk di dalamnya tokoh
Muhammadiyah A Munir Mulkhan dan almarhum KH A Kahar Muzakir,salah seorang
pendiri UII (Universitas Islam Indonesia) di Yogyakarta. Dari uraian ini
menjadi jelas, bahwa hubungan genealogis dan historis memegang peranan
penting dalam menciptakan keterkaitan antara kaum Islam dan kaum
nasionalisme, setidak-tidaknya ini berlaku untuk negeri kita Indonesia.

Namun, sekarang ini diperlukan perluasan, sehingga meliputi seluruh kawasan
Nusantara (dalam bahasa Jawa Nusantara berarti kepulauan antara Benua Asia
dan Australia). Dalam Muktamar NU di Banjarmasin, kawasan Nusantara secara
resmi masuk pertimbangan. Putusan Muktamar menyatakan tidak wajib adanya
negara Islam untuk kawasan Hindia Belanda. Pelaksanaan/ implementasi syariah
cukup oleh masyarakat, dengan negara tidak perlu campur tangan. Hal ini
merupakan landasan teoretis bagi terbentuknya negara yang di belakang hari
dinamai Negara Pancasila.

Di sini kembali terletak kaitan antara Islam dan nasionalisme di Indonesia.
Jadi, antara keduanya terdapat hubungan genealogis, historis, teoretis,
maupun praktis. Penulis artikel ini yakin bahwa Tuhan telah mengatur hal ini
jauhjauh hari, sehingga saat ini hal itu seolah-olah menjadi monopoli negeri
kita. Kaitan seperti itu adalah dasar dari apa yang saat ini dinamai "Islam
moderat". Ternyata, Islam tidak harus selamanya ditafsirkan sebagai agamanya
para muslim fundamentalis atau radikal. Inilah kekhususan Islam Indonesia.
Jelas dari uraian di atas, antara Islam dan nasionalisme terdapat banyak
keterkaitan yang tidak dapat diabaikan sama sekali.

Karena itulah, para warga gerakan Islam dan nasionalis di Indonesia memikul
tugas yang sangat berat, yaitu memelihara pandangan yang menyatakan bahwa
antara keduanya tidak ada pertentangan. Bukankah ini pertanda, bahwa
kepemimpinan baru dunia Islam akan dipegang kaum Islam moderat, yang
dilahirkan dari kalangan kaum muslim terbesar jumlahnya di seluruh dunia,
yaitu Indonesia. Kaum Islam inilah yang menghargai perbedaan budaya/kultural
dalam segenap aspeknya.

Keterkaitan Nasionalis dan Islam Indonesia

Oleh: KH. Abdurrahman Wahid

ADA orang mengatakan bahwa Islam menolak nasionalisme.Dasarnya,Islam adalah
agama universal. Karena itu, ia menganggap nasionalisme sebagai paham yang
berlawanan dengan Islam.

Pernyataan di atas menjadi relevan jika dilihat asumsinya. Namun, Rasulullah
SAW pernah bersabda: "Wahai Tuhan, ampunilah kaumku karena mereka tidak
mengerti duduk persoalan segala sesuatu." Juga ada ayat-ayat Alquran yang
menunjuk perlunya kita memahami caracara sebuah kaum karena asal-usul mereka
yang berbeda. "Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku supaya
kamu saling mengenal. (Inna khalaqnakum min dzakarin wa untsa wa ja'alnakum
syu'uban wa qabaila li ta'arafu)"(QS Al- Hujurat: 49).

Karena itu, kita tidak boleh sembarangan saja mengambil kesimpulan, karena
antara sesuatu yang universal dan yang nasionalistis belum tentu berlawanan.
Mungkin keduanya saling berbeda, tapi masingmasing dapat digunakan pada
waktu yang berlainan. HOS Tjokroaminoto dan KH M Hasjim As'yari adalah dua
tokoh organisasi Islam dari masa lampau. Namun, mereka mempunyai asal-usul
yang juga sama. Sama-sama keturunan Ki Kasan Besari (ini penjawaan dari nama
Hasan Basri),kerabat Raden Mas (RM) Said, belakang hari dinamai Mangkunegara
I, yang memerintah Surakarta. Yang jelas, RM Said kemudian menggunakan gelar
milik Kasan Besari yaitu Pangeran Sambernyawa.

Mereka berdua berjuang bersama, dan samasama menang dalam pertarungan
melawan pihak Belanda, yang dibubuhkan dalam Perjanjian Gianti yang kemudian
melahirkan Kerajaan Mataram di Yogyakarta. Disusul seabad kemudian oleh
berdirinya Kraton Pakualam. Pada mulanya,baik Ki Kasan Besari maupun RM Said
sudah sepakat menetapkan Ki Kasan Besari menjadi Mangkunegara II. Namun, Ki
Kasan Besari ternyata lumpuh, dan anak Mangkunegara I akhirnya menjadi
Mangkunegara II. Sebagai ganti,Ki Kasan Besari diberi tanah bebas pajak di
Tegalsari,Ponorogo.

Keturunannya di Solo belakangan adalah tokoh PNI, Isnaeni, dan mantan Ketua
Iluni dr Haryadi Darmawan. Di Ponorogo, Ki Kasan Besari mempunyai lima orang
anak.Anak pertama meninggal di Pacitan. Dari anak inilah,kemudian lahir
keturunan kesembilan, bernama Susilo Bambang Yudhoyono. Anak kedua Kasan
Besari adalah perempuan yang kawin dengan Ki Ageng Basyariah di
Sewulan,kurang lebih 10 km arah selatan Madiun. Kakek penulis lahir dari
keluarga ini. Anak ketiga Kasan Besari melahirkan pendiri Pondok Modern
Gontor.

Yang keempat juga seorang perempuan,yang keturunannya kawin dengan Sudiro,
mantan Wali Kota Jakarta, yang kemudian hari berubah menjadi Gubernur DKI
Jakarta Raya. Dari keluarga itu, lahirlah istri Letjen Susilo Sudarman dan
tokoh lain Letjen TNI (alm) Himawan Sutanto. Penulis tidak tahu
kebenarannya, tapi ada yang bercerita bahwa Prof Dr Umar Kayam termasuk dari
cabang warga ini. Yang kelima, mempunyai keturunan yang saat ini menjadi
tokoh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Lampung.

Cabang keluarga dari Sewulan itu sekarang sudah menjadi ribuan orang, yang
terpencar di provinsi-provinsi Indonesia. Termasuk di dalamnya tokoh
Muhammadiyah A Munir Mulkhan dan almarhum KH A Kahar Muzakir,salah seorang
pendiri UII (Universitas Islam Indonesia) di Yogyakarta. Dari uraian ini
menjadi jelas, bahwa hubungan genealogis dan historis memegang peranan
penting dalam menciptakan keterkaitan antara kaum Islam dan kaum
nasionalisme, setidak-tidaknya ini berlaku untuk negeri kita Indonesia.

Namun, sekarang ini diperlukan perluasan, sehingga meliputi seluruh kawasan
Nusantara (dalam bahasa Jawa Nusantara berarti kepulauan antara Benua Asia
dan Australia). Dalam Muktamar NU di Banjarmasin, kawasan Nusantara secara
resmi masuk pertimbangan. Putusan Muktamar menyatakan tidak wajib adanya
negara Islam untuk kawasan Hindia Belanda. Pelaksanaan/ implementasi syariah
cukup oleh masyarakat, dengan negara tidak perlu campur tangan. Hal ini
merupakan landasan teoretis bagi terbentuknya negara yang di belakang hari
dinamai Negara Pancasila.

Di sini kembali terletak kaitan antara Islam dan nasionalisme di Indonesia.
Jadi, antara keduanya terdapat hubungan genealogis, historis, teoretis,
maupun praktis. Penulis artikel ini yakin bahwa Tuhan telah mengatur hal ini
jauhjauh hari, sehingga saat ini hal itu seolah-olah menjadi monopoli negeri
kita. Kaitan seperti itu adalah dasar dari apa yang saat ini dinamai "Islam
moderat". Ternyata, Islam tidak harus selamanya ditafsirkan sebagai agamanya
para muslim fundamentalis atau radikal. Inilah kekhususan Islam Indonesia.
Jelas dari uraian di atas, antara Islam dan nasionalisme terdapat banyak
keterkaitan yang tidak dapat diabaikan sama sekali.

Karena itulah, para warga gerakan Islam dan nasionalis di Indonesia memikul
tugas yang sangat berat, yaitu memelihara pandangan yang menyatakan bahwa
antara keduanya tidak ada pertentangan. Bukankah ini pertanda, bahwa
kepemimpinan baru dunia Islam akan dipegang kaum Islam moderat, yang
dilahirkan dari kalangan kaum muslim terbesar jumlahnya di seluruh dunia,
yaitu Indonesia. Kaum Islam inilah yang menghargai perbedaan budaya/kultural
dalam segenap aspeknya.

daftar isi